Sirah Nabawiyah




SEJARAH KELAHIRAN DAN MASA KECIL MANUSIA AGUNG

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sirah Nabawiyah
Dosen pengampu : Husein al-kaff

Penulis :
Alfiyah
Alwi Nugraha 
Wahyu Muhammad Iqbal





Jln. Lebak bulus II No. 2 cilandak, Jakarta Selatan 12430
Website : www.sadra.ac.id
2015




KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat  Sang Maha Besar Allah SWT yang takkan mampu dikecilkan oleh sesuatu apapun. Atas limpahan kasih-Nya yang tak terbatas kami dapat menyelesaikan makalah perdana kami khususnya dalam pelajaran Sirah Nabawiyah ini. Karena memang kami juga baru berkenalan dengan mata kuliah yang satu ini. Sholawat beserta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW yang telah membawa cahaya guna menerangi alam semesta raya ini hingga akhir zaman.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Husen Al-Kaff yang telah membimbing dan mengamanatkan kami untuk membahas satu makalah yang berjudul “Kelahiran Nabi Muhammad SAW hingga usia 12 tahun”. Dengan adanya makalah ini, berarti kami dipercaya untuk menjelaskan apa-apa yang akan kami bahas dalam makalah ini. Terlebih kami terdiri dari kelompok, untuk itu dituntut kerjasama dan saling pengertian dalam pembuatan makalah ini. Di samping itu, dengan adanya makalah ini juga menggerakkan pikiran kami untuk dapat menjelaskan makalah ini dengan baik. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih teruntuk teman-teman dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian makalah sederhana ini. Tentunya dari awal proses pembahasan hingga rampungnya makalah ini, tak lepas dari bantuan banyak pihak.
Dengan makalah sederhana ini, selain dapat menambah wawasan kita semua, pastinya kami juga mengharapkan berbagai manfaat yang akan diperoleh oleh pemakalah maupun para pendengar. Walau tertatih dalam proses, kami amat berharap dapat menyampaikan materi ini kepada pendengar atau pembaca dengan segenap  kemampuan yang kami punya saat ini. Kami menyadari betul, makalah ini sungguh masih sangat jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan di sana-sini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki makalah kami selanjutnya dikemudian hari.
Terakhir, kami selaku penulis hanya bisa berucap selamat mengarungi sedikit ilmu yang akan kami paparkan dalam bentuk kata-kata sederhana ini. Selamat membaca.

Rabu, 24 Februari 2016
Ttd.

Penulis



DAFTAR ISI






BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Manusia termulia dan teragung di bumi ini adalah Baginda Nabiyullah Muhammad SAW. Ini bukan saja terbatas diakui oleh umat muslim melainkan penganut agama lain pun mengakui ia sebagai sosok manusia sempurna. Kami selaku umat dan pengikutnya yang mengharap syafaat darinya di Hari Peradilan nanti, tentu sangat mendambakan bertemu sosoknya dan dengan berbagai cara ingin mengetahui sejarah hidupnya dan segala hal yang berhubungan dengan perjalanan hidupnya. Dari masa kecilnya, remaja, dewasa, saat beliau diangkat menjadi Nabi, ketika ia menikah dan hingga sampai kepada wafatnya. Banyak manusia berlomba-lomba untuk menirunya, menjadikannya panutan hidup di dunia karena memang di dalam Al-qur’an sendiri Allah telah menyebutkan bahwa Nabi Muhammad memilki budi pekerti yang agung. Seperti dalam Surat Al-Qalam ayat 4 yang berbunyi: وانك لعلى خلق عظيم  (Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung). Dan ia adalah suri tauladan yang baik seperti yang tetera dalam surat Al-Ahzab ayat 21 iniفي رسول الله اسوةحسنة   لقدكان لكمyang artinya:”sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu suri teladan yang baik....”  Contoh ayat lain yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad benar-benar seorang manusia yang sempurna terdapat dalam QS.Al-Maidah: 15 قدجاءكم من الله نوروكتاب مبين yang artinya:” Sesungguhnya telah datang dari Allah kepada kalian sebuah cahaya dan kitab yang jelas.”di sini Allah menyebut Baginda Nabi SAW sebagai pelita yang memancarkan cahaya.Al-Habib Syaikh Abu Bakar bin Salim dalam Shalah at-Taj menyebut Baginda Rasul sebagai matahari di pagi hari, purnama di malam yang kelam, cahaya petunjuk, pelita bagi kegelapan, dan tuan di kedua alam (yang tampak maupun yang tak tampak).[1]
Sederet ayat-ayat yang menjelaskan tentang keutamaan akhlak Rasulullah begitu banyak terdapat di dalam Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah memang terahir ke dunia sebagai gambaran manusia sempurna yang semua ada dalam dirinya perlu kita ketahui dan kita tiru untuk menuju kesempurnaan yang hakiki sebagai manusia.
Kami di sini,  berkesempatan untuk membahas Sejarah Kelahiran Rasulullah hingga Usia 12 tahun. Ini merupakan kesempatan yang baik dan besar bagi kami, karena dengan begitu kami akan berusaha dengan sebaik-baiknya mempersembahkan tulisan kami dalam bentuk makalah ini mengenai sedikit sejarah hidup manusia nomor satu di muka bumi. Dengan merujuk berbagai sumber yang ada, kami menghimpun semua itu lalu memilahnya menjadi suatu karya yang patut untuk disandingkan di depan ruang diskusi kelas ini.


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori kelahiran Nabi?
2. Apa yang dilakukan Rasulullah di masa kecilnya?
3. Nilai-nilai apa saja yang dapat kita ambil dari masa kecil Muhammad SAW?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui sejarah kelahiran Rasulullah SAW sekaligus mengetahui peristiwa penting saat itu
2.      Mengetahui sighar Nabi Muhammad
3.      Upaya mengaplikasikan keteladanan Rasul pada diri kita

D. Kegunaan Makalah
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sirah Nabawiyah semester 4 Tahun    ajaran 2015-2016.
2. Untuk mengetahui kemampuan pengetahuan mahasiswa/i dalam menulis karya ilmiah.
3. Untuk menambah pengetahuan dan sebagai bahan rujukan bagi masyarakat.

E.     Metode Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini kami buat berdasarkan metode kualitatif.
                    






















BAB II

PEMBAHASAN


1.      Teori Kelahiran Nabi

Menurut beberapa sumber yang kami dapatkan, mengenai tepatnya kelahiran Nabi Muhammad masing-masing memiliki argumen dan pendapat yang berbeda-beda. Seperti umum sebagian besar telah kita ketahui bahwa Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Ia terlahir dari pasangan Aminah binti Wahb bin Abdu-Manaf bin Zuhrah dan Abdullah bin Abdul Muthalib. Abdullah adalah anak kesayangan Abdul Muthalib. Abdullah dinikahkan dengan Siti Aminah pada usia 18 tahun. Nabi muhammad lahir di tengah masyarakat dan pada masa jahiliyah. Yang dalam hal ini, masyarakat Arab waktu itu memang telah maju dalam hal pengetahuan dan teknologi, namun secara moral atau akhlak, mereka lebih rendah daripada binatang. Oleh karena itu, Jahiliyah di sini diartikan jahil (bodoh) secara moral atau akhlak.
Tahun, Bulan Dan Tanggal Kelahiran Dan Pemberian Nama
Para sejarawan berbeda mengenai penentuan tanggal, kendati demikian, mereka memilki kesamaan dalam bulan, yaitu rabi’ul awal. Tahun gajah atau 570 M. Mengenai tanggal kelahiran para sejarawan berbeda pendapat, di kalangan sunni, tanggal yang tercatat adalah 12 sedangkan di kalangan syi’ah adalah 17. [2]
Hari ketujuh telah tiba. Seekor domba telah di sembelih ‘abd al-muth thalib sebagai ungkapan rasa syukurannya kepada allah. Sejumlah orang diundang ke pesta. Di pesta perayaan yang besar itu, di hadiri oleh kebanyakan orang quraisy, ia menamakan cucunya “Muhammad” ketika di tanya mengapa ia menamakan muhammad padahal nama itu jarang di pakai oleh orang arab,ia menjawab,”saya berharap ia terpuji di surga maupun di bumi,” dalam kaitan ini, hasan bin tsa-bit berkata,”sang khaliq mengambil nama rasul-nya dari nama-nya sendiri. dengan demikian, sementara allah adalah mahmud (terpuji), nabi-nya adalah muhammad (patut dipuji). Kedua kata ini di ambil dari akar kata yang sama dan mengandung makna yang sama pula [3]
Kejadian-kejadian Luar Biasa yang Menyertai Kelahiran Nabi Muhammad
Al-Hafidz bin Abubakar bin A’idz dalam kitab Maulid yang ditulisnya, berdasarkan berita yang diperoleh dari Ibnu Abbas r.a dan yang kemudian dikutip oleh Az-Zarkasyi di dalam Syarh Al-Burdatul Madih, menuturkan bahwa pada saat Muhammad SAW lahir, malaikat Ridwan (pengawal surga) membisiki telinga beliau: “Hai Muhammad, semua ilmu dan pengetahuan (tentang hal-hal ghaib) yang ada pada para Nabi dan Rasul sebelum Engkau, Allah akan memberikannya padamu, bahkan engkau akan mempunyai ilmu dan pengetahuan lebih banyak daripada semua yang mereka miliki, dan engkau akan menjadi Nabi yang paling tabah dan berani.”[4]
Telah tercatat dalam sejarah mengenai peristiwa luar biasa yang menyertai kelahiran nabi, dapat diketahui bahwa dinding istana khosrow retak dengan beberapa menaranya rubuh. Di bagian lain api kuil istana persia padam, bahkan di tempat ia lahir pun berhala tumbang. Pendeta-pendeta zaratustra mendapat mimpi yang menakutkan. Ketika lahir, nabi suci itu sudah disunat dan pusarnya dipotong dan berkata. “Allahu akbar, Alhamdulillah, dialah yang harus disembah siang dan malam.[5]
Muhammad bin Sa’ad mengetengahkan sebuah hadits yang berasal dari Ibnu Abbas menuturkan, bahwa Aminah mengatakan:” Pada detik kelahirannya keluar pula bersamanya sinar cahaya yang menerangi muka bumi dari timur sampai ke barat. Ia lahir dengan tangan menyangga badannya, kemudian mengambil segenggam tanah lalu mengangkat kepala ke arah langit.”[6]





2.      Sighar Muhammad SAW

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Tuhan telah mengutusnya sebagai pembawa hidayah, pemberi kabar gembira sekaligus peringatan, penyeru agama Allah atas izin-Nya, dan sebagai pelita yang menerangi alam raya. Dengannya, Allah menghidupkan hati, mengetuk telinga, menerangi akal, dan membukakan mata.
Ibunda Rasulullah (Siti Aminah) pernah berkata:”Ketika aku mengandungnya, aku tidak merasakan bahwa aku sedang hamil. Baru saja ia keluar dari perutku, ia bersujud di atas bumi. Semenjak lahir, ia sudah bersujud kepada Allah Dzat Yang Maha Tunggal dan Maha Esa.”[7]
Pada malam sebelum kelahirannya, sang ibu bermimpi melihat sebuah cahaya keluar dari dirinya dan menerangi istana-istana raja Syam (Suriah).
Dari kecil, Rasulullah sudah memperlihatkan dan mengajak orang-orang disekitarnya untuk berlaku sederhana atau tidak berlebih-lebihan dalam perkara dunia.
Seperti masyarakat Arab pada waktu itu, ketika ada bayi lahir maka sang bayi dicarikan seorang ibu susu guna untuk menyusui si bayi selama kurang lebih 2 tahun. Begitu pun yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Setelah Nabi lahir ke dunia, ia mendapatkan seorang ibu susu yang berasal dari desa karena biasanya orang desa lebih fasih dalam berbahasa arab halus, memilki perangai dan tutur kata yang santun dan lembut. Serta air susunya dipercaya lebih higienis dan sehat dibanding dengan orang kota. Kemudian Halimatus Sya’diyah lah yang menjadi ibu susu Nabi pada waktu itu. Ia berasal dari desa, dan dikenal dengan sosok yang berbudi luhur. Sedari mulai Nabi disusukannya, banyak tanda-tanda keRasulan pada diri Rasululllah. Halimah pernah berkata bahwasannya Nabi Muhammad SAW pernah keluar dari tenda, kemudian merenung tentang langit dan bintang-bintang, dan malam. Dan Muhammad bertanya:”Siapakah yang menciptakan langit? Siapakah yang menciptakan bintang-bintang? Dan siapakah yang menciptakan alam semesta ini?. Padahal waktu itu usianya masih 2 tahun. Maha suci Allah.

A.     Kisah Saat Bayi Muhammad disusui oleh Halimah As-Sya’diyah

Halimah adalah seorang wanita yang tinggal disuatu desa atau perkampungan. Tepatnya di Bani Sa’ad yakni tetangga kota Tha’if. Saat itu, keadaan Bani Sa’ad tengah dilanda kesusahan. Tak terkecuali dengan kebun dan ternak-ternak Halimah. Halimah mempunyai seekor unta betina yang kurus. Namun saat ia menyusui Nabi, semuanya berubah begitu cepatnya. Unta-untanya tumbuh sehat dan gemuk-gemuk dan kebun-kebunnya yang tadinya kering dan gersang kini tumbuh dengan subur dan melimpah. Daerah Halimah yang tadinya dilanda kemarau, saat Nabi datang semuanya menjadi subur kembali. Hujan turun, pepohonan tumbuh, bunga-bunga mekar dan air susu hewan menjadi banyak. Kehidupan berubah menjadi sejahtera.
Semenjak Halimah menyusui Nabi, keberkahan demi keberkahan melimpahi keluarganya. Waktu yang dihabiskan oleh Rasulullah SAW bersama Halimah di perkampungan Bani Sa’ad sekitar empat tahun. Dan saat masih dengan Halimah lah Nabi mengalami peristiwa penting yakni pembedahan (penyucian) dada beliau oleh dua malaikat.
Nabi tinggal selama lima tahun bersama suku Bani Sa'ad dan tumbuh sehat. Selama itu, ada dua atau tiga kali Halimah membawanya menemui ibunya.
Pertama kali Halimah membawa kepada ibunya ketika masa menyusuinya selesai. Namun, Halimah mendesak Aminah untuk mengembalikan anaknya kepadanya. Alasannya, anak ini telah menjadi sumber karunia dan rahmat baginya. Alasan ibunya mengabulkan permintaan Halimah adalah lantaran penyakit kolera sedang melanda Mekah pada waktu itu.
Kedua kalinya Halimah membawa Muhammad ke Mekkah bertepatan dengan datangya sekelompok pendeta dari Etiopia di Hijaz. Mereka melihat anak itu di kalangan suku Bani Sa'ad. Mereka mendapatkan bahwa semua tanda Nabi yang akan datang sesudah Nabi Isa, sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab suci, ada pada anak itu (Muhammad). Karena itu, mereka memutuskan untuk menguasai anak itu bagaimana pun caranya, dan akan membawanya ke Etiopia, supaya negri itu beroleh kehormatan mempunyai Nabi itu.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, tanda-tanda Nabi Muhammad telah diceritakan dalam Injil. Karena itu, sangatlah wajar bila para pendeta waktu itu dapat mengenali orang yang tanda-tandanya lengkap. Al-Quran mengatakan dalam kaitan ini, "Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata, Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, memberikan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu taurat, dan memberi kabar gembira dengan (akan datangnya) seorang rasul sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Tapi tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang nyata..

B.     Cerita Pembedahan (Penyucian) Dada Rasulullah

Ketika nabi sedang menggembala kambing, ia didatangi oleh 2 orang yang terrnyata itu adalah malaikat. Dua malaikat itu membelah dadanya lalu mengeluarkan hatinya dan mencampakkan segumpal darah hitam yang ada di dalamnya. Kemudian mereka mencucikannya dengan air Zamzam dan mengganti darah hitam itu dengan hikmah dan iman.[8] Sehingga sedari kecil, kemuliaan, keagungan, dan keluhuran budi pekerti Rasulullah sudah nampak jelas. Ia tidak mau bersujud kepada selain-Nya, tidak mabuk-mabukkan, mencuri, berjudi, berdusta atau melakukan perbuatan-perbuatan tercela lainnya seperti yang umum dilakukan oleh pemuda waktu itu. Peristiwa itu terjadi pada saat Nabi Muhammad masih dalam pengasuhan susuan Halimah. Sebelum disusui oleh Halimah As-Sya’diyah, terlebih dulu Nabi disusui oleh Tsuwaibah Al-Aslamiyyah, seorang hamba sahaya milik Abu Lahab, yang telah dimerdekakan oleh tuannya sebagai rasa gembira atas kelahiran putera Abdullah bin Abdul Muthalib (saudara lelaki Abu Lahab dari lain ibu).
Pada suatu hari, ketika Halimah sedang berjalan bersama putera asuhannya, ia dikejutkan oleh gumpalan awan diudara yang selalu mengikuti gerak langkahnya. Bila ia bersama Muhammad SAW berjalan, gumpalan awan pun turut bergerak memayunginya dari sengatan panas matahari. Kenyataan itu membuatnya takut, karena itu ia bertekad hendak mengembalikan putera susuannya itu kepada bundanya. Ketika itu beliau telah berusia 5 tahun.
Hampir tak ada buku mengenai Sirah Nabawiyah yang meninggalkan kisah pembelahan dada Rasulullah ini. Dengan variasi masing-masing gaya dan bahasa yang dimiliki oleh para penulis Sirah Nabawi dihadirkan bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi dengan begitu luar biasa.

C.     Sang Ibunda Wafat

Nabi Muhammad terlahir dengan keadaan yatim. Ayahnya (Abdullah) meninggal sebelum ia dilahirkan ke dunia dalam perjalanan menuju Syam. Jadilah ia tinggal bersama dengan ibunya, Siti Aminah.
Menurut penuturan Abdullah bin Abbas r.a ketika Rasulullah menginjak usia 6 tahun, beliau diajak ibundanya Aminah binti Wahb, berkunjung kepada kaum kerabat di Madinah, orang-orang Bani Adiy bin Najjar. Turut serta Ummu Aiman membantu Aminah dalam perjalanan yang agak jauh itu. Mereka bertiga berkendaraan dua ekor unta. Setiba di Madinah, mereka singgah di rumah An-Nabighah, dan tinggal di sana selama kurang-lebih tiga bulan.[9]
Dalam perjalanan pulang dari Madinah bunda Rasulullah SAW mengalami sakit lalu meninggal di Abwa dan dikebumikan di tempat itu. Beliau kemudian dibawa pulang ke Makkah. Setelah Sang Bunda wafat, pengasuhannya berpindah ke tangan kakeknya yaitu Abdul Muthalib.

D.     Di bawah Asuhan Datuknya, Abdul Muthalib

Nafi’ bin Jubair menuurkan, bahwa Muhammad yang masih berusia 6 tahun terpaksa harus berpindah asuhan dari tangan bundanya sendiri yang belum lama menerima kembali puteranya dari ibu susuannya, Halimah As-Sya’diyah-ke tangan datuknya, Abdul Muthalib bin Hasyim. Abdul sangat mencintai dan menyayangi Nabi lebih dari ia menyayangi anak-anaknya sendiri.
Saat usia Nabi kurang lebih 7 tahun, Abdul Muthaib tengah duduk dengan para tokoh dan pembesr suku Quraisy dan Nabi Muhammad menerobos kerumunan itu. Beberapa orang memperingatkan agar Nabi pergi dari tempat itu. Namun kakek beliau, Abdul Muthalib membiarkan dan berkata bahwa:” Biarkan saja cucuku, di kemudian hari ia akan menjadi orang yang berkuasa”.
Menurut berbagai sumber riwayat, Abdul Muthalib memang sering membicarakan kegemilangan masa depan cucunya itu. Terutama setelah ia pergi ke Yaman bersama tokoh-tokoh Quraisy untuk menyampaikan ucapan selamat kepada raja Yaman yang baru waku itu, Saif bin Dzi Yazin. Dalam pertemuannya dengan sang raja, Abdul Muthalib diberi tahu bahwa cucunya kelak akan menjadi Nabi. Pemberitahuan tersebut oleh Dzi Yazin didasarkan pada kitab suci terdahulu yang disimpan dirahasiakan sehingga tidak diketahui oleh siapapun. Isyarat dan tanda-tanda akan datangnya seorang Nabi dari kalangan Quraisy, yang diberitahukan leh Dzi Yazin ternyata sesuai dengan ciri-ciri serta sifat-sifat yang ada pada diri cucunya sendiri, Muhammad SAW. Berita riwayat mengenai itu dituturkan antara lain oleh Ibnul Kalbiy dan Ibnu Abbas r.a.[10]
Kejadian lain yang juga terjadi ketika beliau berumur tujuh tahun ialah terdapatnya kekuatan ghaib yang menyertai dan membantu beliau. Beliau pernah bercerita. “Saya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang kemudian tidak saya lakukan sendiri.  kadang-kadang saya merasakan ada kekuatan ghaib yang ikut membantu saya. Ketika saya berusia tujuh tahun, salah seorang  pembesar mekkah Abdullah Jad’an membangun gedung. Anak-anak Mekkah ikut membantu memindahkan batu-batuan. Saya juga ikut memindahkan batu-batuan itu. Anak-anak itu suka meletakan batu-batu di dalam sarung mereka dan kadang-kadang sarung itu terangkat ke atas sehingga kelihatan aurat mereka karena mereka tidak memakai celana. Namun kalau saya yang melakukannya, seolah-olah ada tangan yang membantu saya menutupi hal yang tidak boleh di lihat itu.” Dalam Nahj Al-Balaghah Allah swt memberinya (Muhammad) seorang teman malaikat yang mulia yang akan menuntunnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mulia.[11]

E.     Abdul Muthalib Wafat Dan Di Bawah Asuhan Abu Thalib

Para penulis berbeda-beda pendapat juga mengenai wafatnya Abdul Muthalib ini. Ada yang mengatakan bahwa Abdul Muthalib wafat ketika berusia 82 tahun, ada juga yang mengatakan bahwa ia wafat saat usia 110 tahun dan sebagian lagi megatakan bahwa beliau wafat pada usia 120 tahun. Dari kebanyakan sumber yang didapat, wafatnya sang kakek adalah saat Nabi Muhammad berusia 8 tahun namun ada juga yang mengatakan pada saat itu Nabi berusia 10 tahun. Abdul Muthalib juga sempat berwasiat bahwa sepeninggalnya, Muhammad diasuh oleh kakak kandung ayahnya sendiri, yaitu Abu Thalib bin Abdul Muthalib. Abu Thalib menerima amanat tersebut dengan ikhlas meskipun ia mempunyai beberapa orang anak namun tetap menjalankan wasiat itu dengan baik.
Menurut para penulis Sirah Nabawiyah, beberapa alasan Abu Thalib diberi wasiat mengasuh nabi adalah sebagai berikut: 1). Abu Thalib adalah saudara kandung Abdullah (ayah Muhammad SAW), 2). Pengundian yang dilakukan oleh Abdul Muthalib sebelum wafat, jatuh kepada Abu Thalib, 3). Muhammad sendiri memilih Abu Thalib.
Tidak jauh beda dengan Abdul Muthalib, Abu Thalib juga amat sayang dan mencintai Nabi Muhammad melebihi anak-anaknya sendiri. Meski keadaan keluarga ini sederhana, ia selalu menghadirkan makanan yang terbaik yang mampu ia berikan untuk kemenakannya itu. Ia pun menyeru anak-anaknya untuk tidak memulai makan bersama sebelum Nabi Muhammad datang ke tempat makan bersama mereka. Semua anggota keluarga itu sangat menghormati Nabi. 

F.      Keikutsertaan Muhammad SAW dalam Perang Fijar

Perang Fijar terjadi pada saat usia Nabi Muhammad menginjak usia 10 tahun. Perang ini terbagi ke dalam 3 tahap. Masing-masing tahap dilatarbelakangi oleh peristiwa yang berbeda-beda. Tahap pertama terjadi karena ada seorang bernama Badr bin Ma’syar Al-Ghifariy membangga-banggakan diri di depan khalayak umum  dengan nada sombong dan tinggi ia memproklairkan bahwa ia adalah orang arab paling mulia. Salah seorang dari Bani Nashr bin Muawiyah, bernama Al-Ahmar bin Mazin tidak teriam dengan kelaukan Badr itu lalu menyerang dan mematahkan lutut Badr menggunakan pedangnya. Karena itulah perang ini terjadi diantara kubu keduanya yang masing-masing membela apa yang diikutinya.
Perang Fijar yang kedua terjadi disebabkan oleh tragedi pelecehan seorang wanita yang dilakukan sejumlah pemuda-pemuda saat itu yang berasal dari Bani Kinanah berada di pasar Ukazh. Wanita itu tidak terima kemudian berteriak-teriak lalu pemuda-pemuda tersebut diserang oleh penduduk sekitar dan terjadilah pertumpahan darah diantara mereka.
Dan perang fijar yang ketiga disebabkan oleh soal utang-piutang.
Adapun dinamakan perang fijar, karena pada waktu itu peperangan terjadi baik orang-orang Bani Kinanah (Quraisy) maupun orang-orang Hawazin sama-sama berbuat fujur (durhaka) dengan melakukan pelanggaran terhadap segala sesuatu yang terlarang, dipandang suci dan dihormati khususnya yang berkaitan dengan Ka’bah. Nabi Muhammad sendiri terlibat karena membantu paman-pamannya yang terlibat dalam perang tersebut.

G.    Bersama Abu Thalib Pergi ke Negeri Syam dan Perjumpaannya dengan Bahira

Para pedagang Quraisy biasa biasa mengunjungi Suriah sekali dalam setahun. Abu Thalib bertekad akan ikut serta dalam perjalanan tahunan Quraisy itu. Menyangkut kemanakannya yang tak pernah ia tingglkan sendirian, telah ia putuskan untuk meninggalkannya di Mekah dan menunjuk orang untuk menjaganya. Namun, ketika kafilah sudah mau bertolak, air mata Muhammad menetes. Beliau sangat merasakan perpisahan dengan pengasuhnya. Wajah Muhammad yang sedih membangkitkan rasa iba Abu Thalib sedemikian rupa sehingga ia merasakan sedih memikul kesukaran yang bakal diakibatkannya. Ia pun membawa Muhammad bersamanya.
Perjalanan ini, yang dilakukan Muhammad dalam usia dua belas tahun, dianggap perjalanan paling menyenangkan yang pernah dilakukannya, karena melewati Madian, Lembah Qura dan Negeri Tsamud, menyaksikan panorama alam Suriah yang indah. Kafilah belum mencapai Suriah ketika suatu peristiwa terjadi di Busra yang hingga tingkat tertentu, menunggu program perjalanan Abu Thalib. Rincian kejadian itu sebagai berikut.
Puluhan tahun, pendeta Bahira beribadah di Biara khususnya di Busra. Ia memiliki pengetahuan sangat mendalam mengenai agama kristen dan dihormati oleh umat Nasani di wilayah itu. Kadang, kafilah dagang berhenti di tempat itu dan mengunjunginya untuk meminta berkah. Kebetulan Bahirah bertemu dengan kafilah dagang Quraisy itu. Matanya jatuh kepada kemanakan Abu Thalib yang segera menarik perhatiannya. Pandangannya yang misterius dan mendalam menunjukan adanya rahasia tersembunyi di dalam hatinya. Ia terpana beberapa saat sebelum memecahkan kesunyian itu dengan berkata "Siapakah keluarga anak ini?". Beberapa orang berpaling kepada pamannya. Abu Thalib berkata, " Ia kemenakan saya." Ujar Bahirah, "Anak ini punya masa depan yang cemerlang. Ia adalah Nabi yang dijanjikan, kerasulannya yang universal serta penaklukan dan pemerintahannya telah diramalkan dalam kitab-kitab suci. Tanda-tanda yang saya baca dalam kitab telah cocok dengannya. Dialah Nabi yang namanya dan nama ayahnya serta mengenai keluarganya telah saya baca dalam kitab-kitab agama, dan saya tahu dari mana ia akan muncul dan bagiamana agamanya akan menyebar di dunia”.
Bahira memegang tangan Rasulullah SAW kecil seraya berkata, “inilah penghulu alam semesta, inilah utusan Rabb alam semesta, dia diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi alam semesta ini. Abu Thalib dan kaum Quraisy bertanya kepadanya, “bagaimana Anda tahu hal itu?”
 “Sesungguhnya ketika kalian muncul dan naik ke perbukitan, tidak satu pun dari bebatuan dan pepohonan melainkan bersujud terhadapnya, dan keduanya tidak akan bersujud kecuali kepada seorang Nabi, sesungguhnya aku dapat mengetahuinya melalui tanda kenabian yang terletak pada bagian bawah tulang rawan pundaknya yang berbentuk seperti apel. Sesungguhnya kami mengetahui hal tersebut dari kitab suci kami,” jawab Bahira.
Namun, engkau harus menyembunyikannya dari mata orang Yahudi, karena jika mereka mengetahuinya, mereka akan membununya. Kemudian pendeta itu mempersilakan mereka dan menjamu mereka. Ia meminta kepada Abu Thalib memulangkan keponakannya tersebut ke mekah, dan tidak membawanya ke Syam sebab khawatir bila tertangkap oleh orang-orang Romawi dan Yahudi.
Kebanyakan sejarawan mengatakan bahwa Muhammmad itu tidak meneruskan lagi perjalanan. Akhirnya Abu Thalib mengirikan Muhammad SAW pulang bersama sebagian anaknya ke mekkah. Ada juga yang mengatakan bahwa Abu Thalib membawa Muhammad bersamanya ke Suriah, dan memberi pir sangat besar kepadanya.


BAB III

PENUTUP DAN KESIMPULAN


Jelaslah keagungan nabi terkhir ini, di mana dipaparkan di atas mengenai kelahiran dan juga masa kecilnya. Tak dapat di elakan pula bahwasannya berita tentang kedatangannya diketahui, tanda-tandanya dikenali, kedatangannya ditunggu-tunggu. Sehingga sang pendeta seakan menemukan sumber air dalam penantiannya di tengah padang sahara. Merupakan suatu hal yang niscaya pula bila seorang yang akan mendapatkan tempat dan kedudukan tertinggi di waktu yang akan datang menebarkan dan mencerminkan kebaikan juga keluarbiasaan di waktu kecilnya, karena puncak keberhasilan adalah himpunan dari berbagai keberhasilan (kebaikan) sebelumnya.
Suatu hal yang lazim, bila bagi setiap manusia yang mengetahui tentang kisah ini untuk mengagumi dan memasukan kekagumannya itu pada hati mereka dan hidup dalam kekaguman padanya. Sehingga gerak kekaguman itulah yang akan menuntunnya dalam menjalani kehidupannya. Karena itulah seorang ulama telah mengemukakan teori “it-tihadu al-‘aqil wa al-ma’qul”, yaitu kesatuan antara subjek yang memikirkan dan objek yang di fikirkan. Sampailah pada penghujung, semoga Allah senantiasa menambah kecintaan.



DAFTAR PUSTAKA







Al-Husaini, M.H Al-Hamid Membangun peradaban Sejarah Muhammad SAW. Sejak sebelum diutus menjadi Nabi, Bandung, 
Al-Qarni,  ‘Aid ‘Abdullah. Al-Qur’an Berjalan  Potret Keagungan Manusia Agung, Jakarta, 2005
Kazhim, Musa, Tafsir Sufi, Jakarta, 2003
Muthahhari,  Murtadha, Sirah Sang Nabi  Jakarta 2006
Subhani, Ja’far,  ar-risalah sejarah kehidupan Rasululah SAW  Jakarta 2002



[1] Musa Kazhim, 2003, Tafsir Sufi, Jakarta, PENERBIT LENTERA, hal. 139
[2] Lihat: Ja’far subhani, ar-risalah sejarah kehidupan Rasululah SAW hal. 100-101
[3] Ja’far subhani, ar-risalah sejarah kehidupan Rasululah SAW hal. 100-101

[4] H.M.H Al-Hamid Al-Husaini, Membangun peradaban Sejarah Muhammad SAW. Sejak sebelum diutus menjadi Nabi, Bandung, Pustaka Hidayah, hal.190
[5] Ja’far subhani, ar-risalah sejarah kehidupan Rasululah SAW (jakarta:lentera 2002) hal. 100
[6] H.M.H Al-Hamid Al-Husaini, Membangun peradaban Sejarah Muhammad SAW. Sejak sebelum diutus menjadi Nabi, Bandung, Pustaka Hidayah, hal.190
[7] Dr. ‘Aid ‘Abdullah al-Qarni, Al-Qur’an Berjalan (Potret Keagungan Manusia Agung), Jakarta, Tim SAHARA, hal.16
[8] Dr. ‘Aid ‘Abdullah al-Qarni, Al-Qur’an Berjalan (Potret Keagungan Manusia Agung), Jakarta, Tim SAHARA, hal.18

[9] H.M.H Al-Hamid Al-Husaini, Membangun peradaban Sejarah Muhammad SAW. Sejak sebelum diutus menjadi Nabi, Bandung, Pustaka Hidayah, hal.209

[10] .M.H Al-Hamid Al-Husaini, Membangun peradaban Sejarah Muhammad SAW. Sejak sebelum diutus menjadi Nabi, Bandung, Pustaka Hidayah, hal.212

[11] Murtadha Muthahhari, Sirah Sang Nabi (Jakarta: al-huda 2006) hal. 168

Komentar

Postingan Populer