Butet Manurung
BUTET MANURUNG: Kartini era kini
Butet Manurung.
Sebagian dari kita mungkin ada yang mengetahui banyak sedikit tentang siapa
dia. Namun tidak sedikit pula yang sama sekali tidak pernah mendengar nama
tersebut. Dia adalah seorang wanita yang merupakan pendiri sekaligus Direktur
SOKOLA-Literasi dan Advokasi untuk Masyarakat Adat Indonesia. Ia berasal dari
dari Batak, namun lahir dan tinggal di Jakarta yang kemudian setelah dewasa ia
bekerja keluar-masuk hutan sebagai seorang volunteer mengajar
anak rimba.
“Kekayaan batin akan
senantiasa membuat kita bergairah. namun, tentu gairah akan berlipat ganda
kalau kita bisa memberi manfaat bagi orang lain”
“Tidak perlu bermimpi
menyelamatkan bumi karena itu tugas Superman dan James Bond. Tak juga harus
baik hati selemah Cinderlla yang mengharap uluran Ibu Peri karena yang kita
perlukan justru kekuatan dan keberanian. Tidak juga sibuk cari pengakuan atas
yang kita lakukan karena yang kita cari adalah penghargaan kita terhadap diri
sendiri”
Serangkaian kutipan
kalimat di atas cukup menarik bagi saya.
Saya cukup terpesona
oleh pemikiran saudari kita ini Butet Manurung. Dia begitu gigih terhadap apa
yang ia lakukan sebagai volunteer mengajar anak-anak rimba denagn begitu banyak
pertanyaan sinis yang menghampirinnya setiap hari. Bagi saya, ia adalah salah
satu pelopor pergerakan atau bisa juga disebut sebagai Kartini era kini.
Mengapa demikian? seperti yang kita ketahui R.A Kartini adalah sosok perempuan
yang berani. Begitu juga dengan Butet, ia adalah sosok wanita pemberani. Berani
mengambil langkah berbeda dari kebanyakan wanita pada umumnya saat itu. Ia
lebih memilih menjadi seorang volunteer yang notabenenya tidak ada sama sekali
yang dapat diperoleh dari pekerjaan sebagai volunteer. Namun lain hal baginya.
Bagi Butet, apapun pekerjaan itu, semua harus dimulai dari menghargai diri
sendiri. Dengan menghargai diri sendiri dan sadar akan potensi diri, di situlah
kita akan menemukan banyak hal menarik dan berguna.
Alangkah picik
pemikiran orang-orang pasda zaman ini, bahwa pendidikan lebih kepada orientasi
pekerjaan masa depan. Sistem pendidikan dibuat untuk menghasilkan tenaga kerja
untuk kepentingan industri semata. Dikira masa depan bisa disogok dan disuap
dengan setumpuk uang yang telah kita keluarkan selama bangku sekolah? Tidak.
sama sekali tidaklah demikian! Penentu masa depan kita adalah diri kita
sendiri. Bukan yang lain, apalagi itu hanya setumpuk uang yang cukup besar
nominalnya. Orang seperti Butet ini adalah salah satu orang yang sadar betul
akan hakikat dari sebuah pendidikan. Berani berbeda dengan pemikiran kebanyakan
orang. Berbahgia dengan cara menebar manfaat kepada sesama dan tidak mudah
goyah oleh terpaan angin yang menerpa.
Tentu setiap kepala
memiliki otoritas sepenuhnya dalam mengendalikan pikiran-pikiran yang
bergelayut diotaknya. Sehingga pemikiran yang berbeda-beda antara yang satu
dengan yang lain pasti terjadi. Segala hal sudah pasti tidak lepas dari pro dan
kontra. Begitu pula dengan pemikiran Butet yang demikian.
Terakhir, pada intinya
kita perlu menghargai hidup yang hanya sekali ini. Bayangkan jika usia semakin
menua, mendekati babak-babak akhir, tiba-tiba kita tersadar di dalam sepinya
hari-hari tua bahwa hidup kita selama ini kosong tak bermakna. Kita belum
melakukan sesuatu apapun yang bernilai untuk menghargai hidup kita yang hanya
sekali ini. Sekian. Semoga Bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar