Rembulan Tenggelam Di Wajahmu: Si Yatim dalam Menemukan Makna Hidup dan Cinta Sejati
Data buku:
·         Judul Buku: Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
·         Penulis: Darwis tere liye
·         Penerbit: Republika
·         Tebal: iv+426
“Tutup mata kita. Tutup pikiran kita dari carut marut kehidupan. Mari berpikir takjim sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap indah datang kepada kita, lantas lembut berkata: “Aku memberikan kau kesempatan hebat. Lima kesempatan untuk bertanya tentang rahasia kehidupan, dan aku akan menjawabnya langsung sekarang. Lima pertanyaan. Lima jawaban. Apakah pertanyaan pertamamu?”. Dari sinopsis buku karya Darwis tere-liye ini cukup menggugah minat para penikmat novel untuk menyelaminya lebih dalam lagi. Bagaimana tidak, “tere-liye lewat novel ini mengajarkan saya bagaimana memaknai kehilangan. Rasa kehilangan yang begitu rumit, sakit, tapi tidak untuk tere-liye, semuanya begitu indah dalam bingkai kesederhanaan.” Begitulah menurut Sita Elanda Lestari-Mahasiswi UI dalamendorsemen yang ada dibelakang buku tersebut. Itulah serangkaian kalimat yang membuat saya tertarik untuk mencicipi “daging” buku ini lebih dalam lagi seperti yang Bapak Hernowo jelaskan dalam resensinya pada buku yang berjudul “Iam Malala”.


            Novel yang keras dan menyentuh. Rehan atau Ray sang tokoh utama dalam novel ini memiliki hidup yang keras. Sedari kecil, ia ditempatkan di Panti asuhan karena kedua orang tuanya meninggal dalam tragedi kebakaran disekitar komplek perumahannya termasuk rumah orang tua Ray. Ia selamat dan ditempatkan di Panti asuhan. Namun selama hidupnya di Panti, kerap kali Ray mendapati perlakuan kasar dari si penjaga panti. Dengan kehidupan yang demikian, menjadikan Ray tumbuh menjadi anak yang keras, tahan banting dan lihai dalam berkelahi dengan sesamanya atau dengan orang-orang yang suka mengganggu teman-temannya. Dengan gaya bahasa yang mengalir indah, Darwis tere-liye menghadirkan kisah Ray ini layaknya kisah anak-anak jalanan yang lain namun dengan tetap mempertahankan keaslian gaya bahasanya yang sulit untuk ditiru oleh penulis lainnya. Dan berhasil membuat pembaca seakan-akan ikut dalam kisah tersebut.
            Dengan kehidupan panti yang menurutnya sudah tidak aman dan nyaman lagi, akhirnya Ray memutuskan hidup dijalanan dan terminal kota lah pilihannya. Ia pun sempat menjadi seoramg penjudi ulung dalam hidup gelandangannya itu. Kembali dengan gaya bahasa dan alur maju mundur, Darwis tere-liye ini mampu mengemas kisah jalanan biasa menjadi sebuah kisah yang luar biasa asik untuk diikuti dan cukup menantang.
            Ray mempunyai 5 pertanyaan tentang kehidupannya, dan lagi-lagi Darwis tere-liye memetakan pertanyaan-pertanyaan tersebut dijelaskan secara lebih rinci dan mendetail. Ray sering sekali terlibat dalam perkelahian-perkelahian yang karena itu membuatnya sering keluar masuk penjara, dan setiap kali dipenjara, ia malah habis-habisan diberi nasehat oleh Bang Ape yang merupakan pengasuh dirumah singgah. Rumah di mana Ray setelah beberapa lama hidup dijalanan dan akhirnya ia dibawa dan hidup di rumah singgah.
            Lika-liku kehidupan Ray kecil, beranjak remaja hingga dalam pencarian cinta sejatinya, dikemas oleh Darwis dalam bingkai kata-kata dan kalimat yang sungguh memukau dan mengalir. Diusianya yang ke-27, Ray akhirnya menikah dengan cinta pertama sekaligus cinta terakhirnya dan wanita itu ternyata mempunyai kisah yang lebih kelam dibanding Ray sendiri. Mereka hidup bahagia karena saling menerima satu sama lain apapun masa lalu pasangannya. Sejelek apapun, semua manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk memperbaiki hidupnya di masa depan.  Begitulah dengan Ray dan istrinya. Ray cerdas, berbakat besar dalam teknik sipil dan cepat belajar sehingga dengan mudah ia menjadi kepercayaan perusahan-perusahaan dalam menyelesaikan proyek-proyek besar mereka.
            Dalam suka dan duka istrinya senantiasa menemani dan menyemangati di tengah-tengah kesibukan Ray. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Dalam usia 6 tahun pernikahan, istriya dipanggil oleh Sang Pemilik Segala. Ray kembali bertanya permainan apalagi yang Tuhan mainkan terhadap dirinya? Ray merasa sedikit mendapat cahaya dengan kehadiran istrinya, namun sesingkat itu pula Tuhan mengambil cahaya itu dan kembali membuat gelap kehidupannya. Dengan kelihaian Darwis dalam meracik kata-kata, lika-liku kisah Ray ini mampu menyentuh hati pembaca.
            Meski menurut saya alur cerita itu cukup menarik, namun saya yakin jalan cerita novel Darwis yang satu ini tidak dengan begitu saja mudah dapat dipahami oleh semua kalangan terlebih lagi bagi mereka yang jarang atau kurang suka membaca. Itu karena terlalu banyak alur maju-mundur dan alur campuran di antara keduanya, sehingga para pembaca membutuhkan fokus dan konsentrasi lebih dalam memahami alur cerita yang penulis maksud. Selain itu juga terdapat banyak kata ganti yang digunakan dalam setiap sub bab judulnya.
Lewat novel ini, kita diajarkan mengenai hidup apa adanya, kisah perjuangan anak manusia dalam menapaki jejak kehidupan, kesederhanaan dalam menggapai kebahagiaan, belajar keikhlasan dalam memaknai kehilangan, dan mengajarkan kita untuk optimis serta penuh harapan. Bahwasannya, siapa pun kita, bagaimana pun kelamnya masa lalu kita, selalu ada kesempatan yang sama untuk menjalani hidup ke depan dengan lebih baik lagi. Dan berkesempatan yang sama juga dalam menggapai surga-Nya di dunia dan di akhirat. Sekian dan terima kasih.
                

Komentar

Postingan Populer