Berpulangnya Bapak Teknologi di Senja Rabu
Berpulangnya Bapak Teknologi di Senja Rabu
Oleh: Alfiyah
Selepas asar, saya dengan menaiki goride, berangkat ke jl. Jeruk Purut (STAI al-Hikmah) untuk pertama kalinya setelah dilantik sebagai Ketua Kopri Cabang Jakarta Selatan, saya dan sahabat-sahabati melakukan pertemuan membahas program-program yang akan kami jalankan selama periode kepengurusan.
Sekitar pukul 5 PM, 11 September 2019, saya sampai ditempat dan benar saja seperti dugaan awal, teman-teman yang lain belum datang. Jadilah saya menunggu di masjid kampus tersebut. Dan tak lama satu persatu datang dan tak perlu banyak membuang waktu, saya memulai rapat dan kumandang azan maghrib yang menghentikan kami sementara dari aktivitas tersebut.
Sahabat-sahabat saya yang lain seperti Arfah, Syifa dan Maimunah solat. Tinggallah saya dan Abel yang tetap berada di warkop itu sebab kami tengah mendapatkan dispensasi bulanan khusus untuk tidak mengerjakan solat.
Di tengah menunggu, Abel tiba-tiba mencetus, “Eh ya Allah, pak Habibie meninggal..” dengan nada lesunya dia berucap. Langsung saya jawab dengan sok yakin, “Ah, Bel itumah hoaks (berita bohong).. kan dari kemarin-kemarin juga banyak bertebaran berita itu.” “ah enggak, orang iniloh lagi siaran persnya, pak Jokowi lagi dirumah duka” Abel membantah. Dan pelayan warkop tiba-tiba ikut menyahut obrolan kami dan bilang, “iya mbak itu beneran, bukan hoaks. Beritanya udah banyak koq.”
Langsung saya tanpa membuang waktu buka youtube dan mencari berita terkini, dan benar ternyata sekitar pukul 6.05 PM Eyang Habibie telah menghembuskan nafas terakhirnya di RS Gatot Subroto. Innalilla>hi wa inna> ilaihi ro>ji’u>n….. dalam hati dan ucapan seraya kompak bergumam.
Sosok itu, dengan beragam kisah dan kasih yang mengangkasa dilangit Nusantara dan Eropa bahkan dunia, kini telah manunggal dengan kekasih sejatinya di Surga. Sebelum film Ainun dan Habibie tayang untuk sesi pertama, saya sudah terlebih dulu tamat membaca novel kisah mereka. Sebuah kisah yang menandai dan membuka mata dan juga hati bahwa cinta kepada manusia itu sejati ada. Hal ini dengan apik telah dicontohkan oleh Eyang kami, Presiden RI ke 3, Eyang Habibie dan Ainun. Bahwa cinta sejati kepada Tuhan terlebih dulu termanifestasi cinta kepada manusia secara utuh.
Indonesia berduka. Negeri ini kembali kehilangan satu putra terbaik bangsa. Dan mungkin kami belum lagi melihat sosok sejenius Eyang Habibie yang tetap menjunjung tinggi cintanya kepada tanah air meski banyak sekali tawaran yang lebih menjanjikan untuk dirinya dan keluarga pada masa itu. Di usia 83 tahun engkau kembali pada Sang Maha. Di usia 83, kau mengakhiri semuanya dengan indah. Selamat jalan Eyang Habibie. Ragamu mungkin tiada, namun pesan, contoh dan kisah kalian akan selalu terpatri bagi penerus-penerusmu nanti.
Kau pernah berujar, “Ilmu tanpa cinta itu berbahaya. Dan cinta tanpa ilmu tidaklah cukup.”
Kami harus belajar dan tidak layak jika terus-menerus mengeluh sebab perihal kasih yang tak sampai. Bahwa cinta sejati pada waktunya akan bertemu. Bahwa cinta sejati sepasang anak manusia yang bercita-cita besar untuk bangsanya akan menjelma teladan luar biasa sepanjang masa. Selamat jalan, selamat terbang menuju keabadian bersama kekasihmu di Surga.
Sekian____
Oleh: Alfiyah
Selepas asar, saya dengan menaiki goride, berangkat ke jl. Jeruk Purut (STAI al-Hikmah) untuk pertama kalinya setelah dilantik sebagai Ketua Kopri Cabang Jakarta Selatan, saya dan sahabat-sahabati melakukan pertemuan membahas program-program yang akan kami jalankan selama periode kepengurusan.
Sekitar pukul 5 PM, 11 September 2019, saya sampai ditempat dan benar saja seperti dugaan awal, teman-teman yang lain belum datang. Jadilah saya menunggu di masjid kampus tersebut. Dan tak lama satu persatu datang dan tak perlu banyak membuang waktu, saya memulai rapat dan kumandang azan maghrib yang menghentikan kami sementara dari aktivitas tersebut.
Sahabat-sahabat saya yang lain seperti Arfah, Syifa dan Maimunah solat. Tinggallah saya dan Abel yang tetap berada di warkop itu sebab kami tengah mendapatkan dispensasi bulanan khusus untuk tidak mengerjakan solat.
Di tengah menunggu, Abel tiba-tiba mencetus, “Eh ya Allah, pak Habibie meninggal..” dengan nada lesunya dia berucap. Langsung saya jawab dengan sok yakin, “Ah, Bel itumah hoaks (berita bohong).. kan dari kemarin-kemarin juga banyak bertebaran berita itu.” “ah enggak, orang iniloh lagi siaran persnya, pak Jokowi lagi dirumah duka” Abel membantah. Dan pelayan warkop tiba-tiba ikut menyahut obrolan kami dan bilang, “iya mbak itu beneran, bukan hoaks. Beritanya udah banyak koq.”
Langsung saya tanpa membuang waktu buka youtube dan mencari berita terkini, dan benar ternyata sekitar pukul 6.05 PM Eyang Habibie telah menghembuskan nafas terakhirnya di RS Gatot Subroto. Innalilla>hi wa inna> ilaihi ro>ji’u>n….. dalam hati dan ucapan seraya kompak bergumam.
Sosok itu, dengan beragam kisah dan kasih yang mengangkasa dilangit Nusantara dan Eropa bahkan dunia, kini telah manunggal dengan kekasih sejatinya di Surga. Sebelum film Ainun dan Habibie tayang untuk sesi pertama, saya sudah terlebih dulu tamat membaca novel kisah mereka. Sebuah kisah yang menandai dan membuka mata dan juga hati bahwa cinta kepada manusia itu sejati ada. Hal ini dengan apik telah dicontohkan oleh Eyang kami, Presiden RI ke 3, Eyang Habibie dan Ainun. Bahwa cinta sejati kepada Tuhan terlebih dulu termanifestasi cinta kepada manusia secara utuh.
Indonesia berduka. Negeri ini kembali kehilangan satu putra terbaik bangsa. Dan mungkin kami belum lagi melihat sosok sejenius Eyang Habibie yang tetap menjunjung tinggi cintanya kepada tanah air meski banyak sekali tawaran yang lebih menjanjikan untuk dirinya dan keluarga pada masa itu. Di usia 83 tahun engkau kembali pada Sang Maha. Di usia 83, kau mengakhiri semuanya dengan indah. Selamat jalan Eyang Habibie. Ragamu mungkin tiada, namun pesan, contoh dan kisah kalian akan selalu terpatri bagi penerus-penerusmu nanti.
Kau pernah berujar, “Ilmu tanpa cinta itu berbahaya. Dan cinta tanpa ilmu tidaklah cukup.”
Kami harus belajar dan tidak layak jika terus-menerus mengeluh sebab perihal kasih yang tak sampai. Bahwa cinta sejati pada waktunya akan bertemu. Bahwa cinta sejati sepasang anak manusia yang bercita-cita besar untuk bangsanya akan menjelma teladan luar biasa sepanjang masa. Selamat jalan, selamat terbang menuju keabadian bersama kekasihmu di Surga.
Sekian____
Komentar
Posting Komentar