Personality Genetic
17.30 di atas ranjang
asrama tanggal 130816
Sempat tak tertarik
untuk mengikuti tes mesin kecerdasan ini, bukan apa-apa hanya saja saya bukan
orang yang terlalu menggebu akan hal-hal baru terlebih menurutku, tes seperti
ini adalah semacam tes pada umumnya, oleh karenanya saya pun menanggapinya
dengan biasa saja tak terlalu heboh seperti kawan-kawanku yang lain. Selain
persediaan uang saya juga telah habis sejak beberapa hari yang lalu. Sebenarnya
saya bisa saja meminta hak saya terhadap orang-orang yang berhutang namun saya
tidak tega. Jadilah hartaku yang satu ini bagaikan perhiasan yang tersuguh
indah dibalik etalase-etalase. wkwkwk
Setelah menyimak beberapa
kawan saya yang maju untuk tes kecerdasan, saya pun menjadi tertarik untuk
mengikuti. Meski keadaan finansial yang sedang kalut bin carut marut aku tak
terlalu berpikir panjang. karena bagiku, rezeki itu pasti datang entah darimana
jalannya. Yang pasti saya optimis dapat melunasi hutang ini. J
Akhirnya dengan tekad
dan nekad, saya maju ke depan untuk diketahui pula tingkat kecerdasan saya
dimana. saya harus belajar seperti apa dan saya harus mengetahui kelebihan dan
kelemahan berdasarkan data yang akurat bukan katanya dan sepertinya-sepertinya
lagi. Dengan demikian, saya akan mampu belajar dan memposisikan diri
sebagaimana mestinya.
Dan hasilnya
adalah..............................................................................................
Berdasarkan pemaparan
ustad Edy selaku pembimbing kami dikelas tahfidz, beliau juga di sini bertindak
sebagai pembicara. Ia mengatakan bahwa orang dengan tingkat personality genetic
ekstrovert adalah mereka yang harus sering-sering mendengar nasehat orang lain,
harus melebar seperti danau. Motivasi dia adalah mengingat surga. Langsung saja
saya terbayang dan mengangguk-angguk senyum seraya mengiyakan. Karena saya
merasa bahwa memang saya lah tipe orang seperti ini. Saya suka dan senang
membayangkan sesuatu indah yang akan terjadi pada diri saya dan sekitar. Saya
berpikir untuk apa memikirkan hal-hal yang tidak kami inginkan sedang itu belum
terjadi itu hanya akan membuang-buang waktu kami saja dan tentu akan menyiksa.
Saya senang berpikir dan menghayal hal indah yang akan terjadi pada diri saya
apabila saya melakukan ini apabila saya melakukan itu dsb. Yang ekstrovert
pasti senyum dengan anggukan mantap pertanda setuju!!!! J saat belajar,
tipe orang ini cenderung harus ada yang membimbing. Bukan berarti kami tak
mandiri, hanya saja kami butuh orang yang mampu meng-guide kami dengan
baik dan kami butuh pengakuan bahwa kami telah menguasai materi bersangkutan
itu dari orang lain.
Intuiting:
lambat, suka menghayal, melamun, mereka adalah para penghayal kelas berat. Wah
saya langsung kaget dan bertanya-tanya. Ah benarkah?? Hmm mungkin juga. Haha.
Usil, over PD, takut mengambil resiko, mudah terpengaruh bisnis haram, membuat
agama baru, tidak mau diatur. Di sela-sela kekurangan yang seabreg itu, tipe
orang intuiting ini adalah orang-orang yang perfeksionis maksudnya adalah dalam
mengerjakan sesuatu mereka menginginkan yang terbaik dan harus yang paling
baik. Terkadang saya pun berpikir demikian, terkadang dalam menulis saya
terdapat salah sedikit saja saya tak nyaman dan cerewet segera untuk
membetulkan. Saya tak bisa melihat salah lama-lama didepan mata saya. Ah masa
sih?? Ya kadang-kadang saya rasa seperti itu. Mereka tipe orang berkualitas
tinggi. Cenderung mempunyai jiwa seni yang tinggi. Bagi orang intuiting, tak
mengapa sedikit asal berkualitas. Berbeda terbalik dengan mereka yang tipe
sensing. Sensing adalah tipe orang yang suka membuat produk banyak tak
memperdulikan kualitas. Bagi mereka adalah kuantitas. Bagi intuiting, mereka
adalah seorang konseptor yang handal. Ide-ide genius dan gila banyak tercetus
dari mereka yang bertipe ini. Dalam bicara mungkin mereka kalah oleh
orang-orang feeling namun orang dengan tipe intuiting akan mampu menyalurkan
aspirasi mereka melalui tulisan yang luar biasa. Mereka adalah para pemikir
jauh, baik sensing, thinking, insting dan feeling masih berpkir tentang hal
sejauh 10 meter, orang intuiting mampu berpikir hal yang sama dengan jarak 10
kilometer. Mereka hebat dalam menulis dan alangkah lebih baik jika apa yang
mereka rasa seluruhnya ditumpahkan dengan menulis. Mereka tipe orang dengan
otak kanan bagian atas. Otak kanan terkenal dengan kecerdasannya yang liar.
Meski nyeleneh tapi jenius. Dan apabila dapat mencapai tingkat yang lebih
tinggi lagi, maka orang dengan tipe seperti ini akan mampu menciptakan sesuatu
yang bermanfaat bagi ummat. Mereka adalah seorang desainer handal. Mereka juga
orang yang romantis. Bagi orang intuiting, mereka harus punya karya besar
terutama lewat sebuah tulisan. Mereka adalah orang-orang optimis, dan seorang
pembaharu. Cara menghafal bagi orang ini adalah dengan mengingat kode-kode awal
sesuatu yang hendak dihafalkan.
Itu adalah seklumit
penjelasan dari ustad Edy tentang orang yang mempunyai tipe personality genetic
intuiting. Dan saya masuk salah satu di dalam orang-orang ini. Meski tes ini
adalah 20% bagi penentu keberhasilan, dan selebihnya adalah lingkungan namun
tetap saja dengan mengetahui dimana posisi kecerdasan kita, kita dapat
melangkah dengan lebih terarah tanpa terus-menerus menerka-nerka sebenarnya
seperti apa kita ini dan dengan cara apa sebaiknya kita belajar, berkarya dan
bertindak bahkan untuk mengetahui jodoh pun dapat disesuaikan berdasarkan cara
ini. Sederhana namun sangat bermanfaat. Kembali mengingatkan dan sebagai
penekanan, bahwasannya ini bukan akhir dan tentu bukan seutuhnya menggambarkan
diri kita, namun dengan tes ini saya yakin dan menjadi lebih percaya diri untuk
melangkah sesuai dengan jalan yang memang telah dikhususkan untuk saya. Semua
kembali pada usaha kita sejauh mana agar seluruh sumber daya yang telah ada itu
dapat kita maksimalkan secara sempurna dan dapat mengikis kejelekan-kejelekan
yang cenderung pada diri kita agar selalu mawasdiri dan berjaga-jaga. Semua
hanya sarana, baik itu guru-guru, dosen, buku-buku, alam bahkan diri kita
semuanya adalah hanya sarana untuk mengetahui siapa diri kita sebenarnya. Kita
terlahir bukan tanpa alasan. Kita terlahir karena telah ditakdirkan sebagai
seorang pemenang. Semua kembali pada diri kita. Mau berdiam diri saja menunggu
bahagia menjemput kita ataukah kita yang akan berusaha dengan seluruh kemampuan
kita untuk menjemput bahagia itu. Berusaha atau menyerah. Terserah.
Wallahu
A’lam Bi As-Ahawab
Komentar
Posting Komentar