Makalah Tasybih Tamsil



Tasybih: Tamsil dan Analisis Ayat Al-Qur’an

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
علم البلاغة
Dosen pengampu : Hasan Asy’ari ME

Penulis :
                                                                           Alfiyah
Boki Rumuar
M. Hussein Abd Raof




Tahun Akademik 2016/2017
Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir STFI Sadra
Jln. Lebak bulus II No. 2 Cilandak, Jakarta Selatan 12430
Website : www.sadra.ac.id
2016



KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat  Sang Maha Besar Allah SWT yang takkan pernah mampu dikecilkan oleh sesuatu apapun. Atas limpahan kasih-Nya yang tak terbatas kami dapat menyelesaikan makalah perdana kami khususnya dalam pelajaran Ilmu Balaghah ini. Karena memang kami juga baru berkenalan dengan mata kuliah yang satu ini. Terlebih lagi saya bukanlah siswi yang sempat mengenyam pendidikan pesantren seperti kebanyakan teman saya yang lain. Sholawat beserta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada menerangi junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW yang telah membawa cahaya guna alam semesta raya ini hingga akhir zaman.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Hasan Asy’ari yang telah membimbing dan mengamanatkan kami untuk membahas satu makalah yang berjudul “Tasybih Tamsil”. Dengan adanya makalah ini, berarti kami dipercaya untuk menjelaskan apa-apa yang akan kami bahas dalam makalah ini. Kami menyadari betul kemampuan kami, namun kami akan berusaha semampu kami untuk dapat menjelaskan tema ini dengan baik. Terlebih kami terdiri dari kelompok, untuk itu dituntut kerjasama dan saling pengertian dalam pembuatan makalah ini. Di samping itu, dengan adanya makalah ini juga menggerakkan pikiran kami untuk dapat menjelaskan makalah ini dengan baik. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih teruntuk teman-teman dan seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan dan penyelesaian makalah sederhana ini. Tentunya dari awal proses pembahasan hingga rampungnya makalah ini, tak lepas dari bantuan banyak pihak. Terutama sekali kepada pihak perpustakaan yang telah menyediakan fasilitas yakni berbagai buku yang dapat dijadikan sebagai rujukan kami selama proses penyelesaian makalah ini. Pun kepada teman-teman yang lebih mengerti bahasa arab karena mereka lah kami diajarkan untuk menerjemah kitab-kitab arab gundul yang kami sendiri masih banyak belum menguasainya.
Dengan makalah sederhana ini, selain dapat menambah wawasan kita semua, pastinya kami juga mengharapkan berbagai manfaat yang akan diperoleh oleh pemakalah maupun para pendengar. Walau tertatih dalam proses, kami amat berharap dapat menyampaikan materi ini kepada pendengar atau pembaca dengan segenap  kemampuan yang kami punya saat ini. Kami menyadari betul, makalah ini sungguh masih sangat jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan di sana-sini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki makalah kami selanjutnya dikemudian hari.
Terakhir, kami selaku penulis hanya bisa berucap selamat mengarungi sedikit ilmu yang akan kami paparkan dalam bentuk kata-kata sederhana ini. Selamat membaca.

Senin, 14 Maret 2016
Ttd Penulis
BAB I
            PENDAHULUAN
                                                                                                                      
A.    Latar Belakang

Untuk memahami Al-Qur’an secara mendalam dan menyeluruh, tentu tidak bisa terlepas dari berbagai disiplin ilmu yang harus diketahui bahkan harus dikuasai. Tentu bukan saja dalam memahami Al-Qur’an yang merupakan suatu mukjizat Nabi agung Muhammad SAW yang telah Allah jamin keotentikannya sepanjang masa, dalam mendalami suatu ilmu lain pun harus didasarkan pada kemampuan menguasai ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengannya. Karena ilmu saling berkaitan antara satu dengan lainnya.
Terlebih bagi kami yang tengah menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, memahami Al-Qur’an dengan baik dan benar adalah mutlak kami lakukan. Disiplin ilmu yang dapat mendukung pemahaman kita dalam memahami Al-Qur’an dengan baik mempunyai cukup banyak cabang dan macamnya, seperti Bahasa Arab, Ilmu Tajwid, ‘Ulumul Qur’an, ‘Ulumul Hadist dan tak kalah pentingnya adalah ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa dalam Al-Qur’an yang dalam hal ini disebut dengan Ilmu Balaghah. Di dalam Ilmu Balaghah, kita akan menemukan betapa indah dan kayanya Al-Qur’an karena memang hanya mereka yang mempelajari ilmu ini saja yang mampu menyingkap makna tersirat yang ada dalam Al-Qur’an. Dengan belajar atau mempelajari balaghah, tidak serta merta kita menafsirkan ayat al-Qur’an secara fisik atau dzohir saja. Kita akan banyak menemukan makna batin dari Al-qur’an dan makna batin lah yang lebih baik dibanding makna dzohir. Di sini, dimakalah sederhana ini kami selaku kelompok dua, akan membahas tentang “Tasybih Tamsil” yang merupakan bagian kecil isi dari Ilmu Balaghah.
Tasybih Tamsil sendiri adalah bagian dari Tasybih yang mana pembahasan tentang Tasybih telah dijelaskan pekan lalu oleh kelompok sebelum kami.
Baiklah, kini tiba saatnya kami untuk menjelaskan beberapa poin penting yang ada dalam pembahasan Tsybih Tamsil yang akan tertuang dalam rangkaian kata sederhana dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi Tasybih?
2.      Apa definisi Tamsil?
3.      Analisis Tasybih Tamsil dalam ayat Al-Qur’an?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui pengertian Tasybih
2.      Untuk mengetahui pengertian Tamsil
3.      Dapat menganalisis ayat-ayat Al-Qur‘an yang di dalamnya terdapat unsur Tasybih Tamsil


D.    Kegunaan Makalah
1.      Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Balaghah semester 4 Tahun ajaran 2015-2016.
2.      Untuk mengetahui kemampuan pengetahuan mahasiswa/i dalam menulis karya ilmiah.
3.      Untuk menambah pengetahuan dan sebagai bahan rujukan bagi masyarakat.

E.     Metode Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini kami buat berdasarkan metode kualitatif.





























                                                                  
                                                                   BAB II
PEMBAHASAN

A.    TASYBIH
A.1 Definisi Tasybih 

تشبيهنا دلالة علي اشتراك    امرين في معني با لة ايا ك

اركانه اربعة وجه اراه    و طرفاه فا تبح سبل الجاه

Artinya: “Adapun tasybih menurut kita ahli bayan, ialah lafaz yang menunjukan kepada bersyerikatnya dua perkara (musyabbah dan musyabbah bih) pada suatu makna (wajah syabah) dengan alat yang datang kepadanya.
Tasybih adalah penjelasan bahwa suatu hal atau beberapa hal memiliki kesamaan sifat dengan hal yang lain. Penjelasan tersebut menggunakan huruf kaf atau sejenisnya, baik tersurat maupun tersirat.
Contohnya seperti: حسن كلبحر = Hasan itu seperti lautan, maksudya adalah Hasan itu memilki ilmu seperti lautan yang mempunyai manfaat untuk orang banyak.
Adapun rukun tasybih itu ada empat macam yaitu:
1.                   Wajah syabah, ialah ilmu
2.                   Alat tasybih, ialah kaf (كا) kaf atau sesamanya
3.                   Musyabbah (Hasan) dan 4. Musyabbah bih (بحر)

Secara sederhana pengertian tasybih dapat dibagi menjadi dua yakni secara etimologi  (bahasa) dan terminologi (istilah).
      Adapun tasybih secara bahasa adalah “perumpamaan’’. Yang darinya akan lahir juga arti “keserupaan’’ dan “kesamaan’’. Karena dalam penyerupaan dua sesuatu akan menjadikan tercampurnya dua sesuatu, maka dari semuanya akan sulit untuk dibedakan antara satu sama lainnya.[1]
Sedangkan secara istilah, Tasybih adalah Penyerupaan dua sesuatu atau lebih karena di dalamnya ada keserupaan sifat dari beberapa sifatnya, dengan menggunakan adat tasybih, supaya mengarah pada hal yang ingin di maksud.[2]
Musyabbah dan musyabbah bih disebut sebagai tharafait-tasybih/dua pihak yang diserupakan.
Adat tasybih adakalanya berupa isim, seperti syibhun mitslun, mumaatsil, dan lafaz-lafaz yang semakna. Adakalanya berupa fi’l, seperti yusybihu, yumaatsilu, yudhaari’u, yuhaakii dan yusyaabihu. Dan adakalanya huruf, seperti kaf dan kaanna.[3]
 Menurut Imam Akhdlori di dalam Sya’irnya menyebutkan: تشبيهنا دلالة على أشتراك امرين فى معنىى بألة اتاك
Artinya : “Adapun arti tasybih menurut pandangan kitab ahli bayanialah lafadz yang menunjukan kepada berserikatnya dua perkara (yaitu musyabbah dan Musyabbah-bih) pada suatu makna (wajah Syabah) dengan alat yang datang kepadamu.” Seperti contoh : محمد كالأسد ( Muhammad seperti Harimau pada keberanianya).[4]
Rukun-rukun tasybih ada empat: 1. Musyabbah, 2. Musyabbah bih, 3. Adatutasybih dan 4. Wajah tasybih.[5]
1.                  Musyabbah: adalah apa yang ingin diserupakan dengan yang lain, ini adalah rukun dasar.
2.                   Musyabbah Bih: adalah yang dijadikan keserupaan.
3.                  Adatutasybih: kalimat yang menunjukan penyerupaan yang menengahi antara musyabbah dan musyabbah bih, baik berupa huruf, isim, atau fiil. Contoh : Huruf: Kaf, ini adalah yang banyak digunakan.
4.                   Wajhussyibhi: adalah sifat yang mengarah pada keserupaan.[6]

A.2 Keadaan Musyabbah dan Musyabbah bih
فصل وحسيا ن نه طر فا ن   ايضا وعفايا ن او مختلفا ن       
Artinya: “ Ini fasal, adapun kedua ujung tasybih itu ada kalanya bersifat  hissi (dapat diraba) kedua-  duanya atau bersifat aqli kedua-duanya atau berbeda-beda”.
 Hissi ialah yang dapat diraba oleh panca indra, sedangkan aqli dalam arti ini ialah khoyali dan wahmi (cita-cita dan khayalan).
Adapun contoh khoyali, seperti:
و كان محمد الشقي   ق اذا تصوب او تصمدا
احلام ياقوت نشر   ت علي رماح من زبرجد
Artinya:“ Bunga yang merah itu bisa condong ke bawah atau menjunjung ke atas karena di tiup angin, laksana bendera dari yakut yang dibentangkan di atas tombak, dibuat dari batu zabarjad (batu hijau yang indah atau jamrut)”.
Sedangkan contoh Wahmi, seperti:
اقتلني ولشر في مضا جعي ومسنونه زرق كا نيا ب اعوال
Artinya: “ Kenapa ia akan membunuh aku, sedangkan tanah tinggi negri Yaman, adalah tempat berbaringku dan anak panah yang di tajamkan yang biru, laksana gigi taring hantu”.[7]

A.3 Wajah Syabah
والوجه مايشتر كا ن فيه    داخلاوخا رجا تلفيه
Artinya: “Adapun wajah syabah itu, ialah makna yang disengaja untuk menyekutukan musyabbah dan musyabbah bih”
Dan wajah syabah itu ada yang masuk dalam hakikat musyabbah dan musyabbah bih dan ada pula yang di luar.
Adapun contoh wajah syabah, ialah seperti sifat syaja’ah dalam menyerupakan Zaid seperti harimau.
وخا رج وصف حقيقى جلا      بحس اوعقل ونسبي تلا
Artinya: “wajah syabah yang keluar dari makna hakikat itu terbagi dua macam, ialah sifat hakiki yang jelas dengan panca indera dan aqli (sebaliknya) dan kedua sifat idhofi yang mengikuti khorij (keluar)”
1.      Sifat hakiki itu terbagi menjadi dua yakni:
1.1   Hissi, yakni sifat yang dapat diraba dengan panca indera. Seperti: rupa, bentuk, ukuran, gerak, suara, penciuman, rasa halus atau kasar (tekstur), dingin dan panas (suhu), ringan atau berat dan sebagainya.
1.2   Aqli, yakni sifat yang dapat dinyatakan dengan akal, seperti: kecerdasan, ilmu, marah, sabar, pemurah, kikir, berani, penakut, penakut dan semua tabi’at atau bakat.
2.      Nisbi atau idhofi, yaitu pengertian yang berkaitan antara dua perkara (musyabbah dan musyabbah bih), seperti hilangnya penghalang dalam menyerupakan hujjah dengan matahari.

وراحدا بقون اومؤ لفا    اووتعددا وكل عرفا                                                                                               
بحس او عقل وتشبيه نمى     فى الضد لتمليح والتهكم
Artinya: “wajah syabah itu ada tiga macam, ada yang hanya berupa makna yang satu, ada yang berupa makna murokkab (tersusun) dan ada yang terbilang (banyak). Dan semua itu dapat diketahui dengan hissi atau akal. Dan tasybih itu dipantaskan pada kebalikannya (kebalikan musyabbah dan musyabbah bih) dan maksudnya untuk memperindah perkataan atau untuk memperolok-olokkan.”
Jadi, wajah syabah itu terbagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Yang satu, 2. Yang murokkab, dari beberapa kalimat dan 3. Yang banyak. Dan tiga macam tersebut ada yang bersifat hissi dan ada yang bersifat aqli.[8]
         A.4 Macam-macam Tasybih
 Tasybih memiliki banyak jenis bergantung pada peninjauannya dan disini kami akan mencoba menyebutkan macam-macam tasybih yang kami ketahui sebagai berikut:
·      Ditinjau dari kedua ujungnya:
Ø  Menyerupakan lafaz mufrod kepada lafaz mufrod, seperti menyerupakan muka yang cantik kepada bunga mawar.
Ø  Menyerupakan lafaz mufrod kepada lafaz murokkab, seperti menyerupakan saudara sekandung dengan bendera dari yakut yang di bentangkan atas tombak  dari zabarjad.
Ø  Menyerupakan lafaz murokkab dengan lafaz murokkab, seperti kata syair yang artinya:
“ Kumpulan debu diatas kepala kita serta pedang-pedang itu, laksana malam yang berjatuhan bintang-bintangnya.”
Ø  Menyerupakan lafaz murokkab dengan lafaz mufrod, seperti menyerupakan siang hari yang diterangi oleh matahari yang terang.

·         Sifat Tasybih ditinjau dari memperhitungkan bilangan kedua musyabbah dan musyabbah bih:
Ø  Tasybih malfuf, ialah mendatangkan beberapa musyabbah dengan sistem athaf lalu musabbah bihnya pun begitu pula.
Ø  Tasybih mafruq, ialah mendatangkan musyabbah dan musyabbah bih, lalu mendatangkan musyabbah bih lagi.
Ø  Tasybih taswiyah, ialah musyabbahnya ta’addud (banyak) sedangkan musyabbah bihnya hanya satu.
Ø  Tasybih jamak, ialah musyabbah bihnya banyak, sedangkan musyabbahnya hanya banyak (kebalikan tasybih taswiyah).

·         Tasybih ditinjau dari keadaan wajah syabah.
Ø  Tasybih tamsil, seperti menyerupakan orang yang ragu-ragu menghadapi pekerjaanya.
Ø  Tasybih ghoiru tamsil, yaitu wajah syabbahnya tidak diambil dari wajah syabbah yang banyak.
Ø  Majah syabbah yang mujmal, ialah yang tidak diterangkan wajah syabbahnya.
Ø  Wajah syabbah yang khofi, yaitu yang sukar di mengerti kecuali oleh orang-orang yang cerdik.
Ø  Wajah syabbah yang jelas (mudah di mengerti).
Ø  Wajah syabbah yang ditafsil (wajah syabbahnya disebutkan).[9]

                

A.5 Faedah Tasybih
وغايتةاتشسبيهك كشف الحال        مقداراومكان الصال
تزبين اوتسويةالوحه اهتمام      تنوية استطراف او ايهام
رجحانه فئ الوجه باالمقلوب    كا اليث مثل الفا سق المصحوب
 Artinya:
Adapun faedah tasybih, ialah untuk: 1. Membukakan atau menjelaskan keadaan musyabbah atau 2. Ukurannya atau 3. Kemungkinan adanya atau 4. Menetapkan keadaan musyabbah bagi pendengar atau 5. Mengiyas musyabbah atau 6. Menjelaskan musyabbah atau 7. Menganggap penting atau 8. Memuji musyabbah atau 9. Menganggap aneh atau 10. Menyangka musyabbah lebih unggul dari musyabbah bih pada wajah syabahnya yang dituntut. Seperti orang fasik yang disertai.”
Contoh-contohnya adalah:
1.      Karena menerangkan sifat musyabbah, seperti: زيدكبكر فى اطول
2.      Karena menerangkan kira-kiranya musyabbah, seperti:  زيدثوبه كالغراب فى سواد
3.      Karena menerangkan bahwa musyabbah itu perkara yang sulit wujudnya, seperti kata syair:
فان تفق لا نا وانتمنهم     فان المسك بعض دم الغزالى
Artinya:”maka kalau kamu melebihi seluruh makhluk itu serta kamu terdiri dari sebagian mereka, maka sesungguhnya minyak kasturi itu sebagian dari darah kidang.”
4.      Karena menetapkan sifatnya musyabbah yaitu wajah syabah yang ada di hati pendengar, seperti : م زيد فى طلبه العام كا لرقم على الماء
5.      Karena menghiasi musyabbah supaya pendengar senang, seperti: menyerupakan muka hitam dengan mata kidang jantan yang biasanya disukai orang.
6.      Karena menjelekkan musyabbah supaya dibenci, seperti menyerupakan muka yang jerawat dengan kotoran kering yang dipatuk ayam.
7.      Karena mementingkan musyabbah bih, seperti menyerupakan muka yng tampan dengan roti di dalam bulatnya.
8.      Karena memuji musyabbah, seperti menyerupakan orang yang tidak dikenal orang banyak dengan orang yang masyhur.
9.      Karena menganggap aneh kepada musyabbah, seperti menyerupakan orang yang masih berani dengan lautan misik yang dihias dengan emas.
10.   Karena menyangka musyabbah lebih unggul dari musyabbah bih dan disebut juga maqlub, seperti kata syair:
وبدا اصباح كان غرته   وجه الخليفة حين يمتدح

Artinya:”Telah terbit waktu subuh, kecemerlangannya laksana muka kholifah ketika menerima pujian.”[10]
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, pembagian tasybih terbagi ke dalam banyak macam bergantung dari sisi mana ia diteliti atau diklasifikasi dengan kata lain sesuai dengan arah peninjauannya. Di sini kami akan menitik beratkan pembahasan di bagian Tasybih Tamsil dan Tasybih Tamsil termasuk ke dalam pembagian tasybih ditinjau dari segi wajah syabahnya. Yang mana macam tasybih berdasarkan wajah syabahnya dibagi menjadi 2 yaitu tasybih tamsil dan tasybih ghoiru tamsil. Kami di sini akan membahas tasybih tamsil saja.

B.     TAMSIL
B.1 Definisi Tamsil
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau yang lebih sering disebut KBBI menyatakan bahwa Tamsil berarti 1. Persamaan dengan umpama (misal):--hidupnya bagai katak dalam tempurung;2. Ajaran yang terkandung dalam cerita; ibarat; lukisan (sesuatu sebagai contoh): banyak cerita mengandung – untuk kanak-kanak;
Bertamsil: mengucapkan tamsil
Menamsilkan: mengumpamakan; mengibaratkan; melukiskan (sesuatu sebagai contoh dan sebagainya)
Tamsilan: perumpamaan; ibarat; contoh.[11]
Dapat dipahami dari pengertian-pengertian diatas bahwa tamsil ialah menyerupakan sesuatu yang pada hakikatnya berbeda. Seperti contoh: hidup orang itu bagai katak dalam tempurung. Maksudnya adalah kehidupan seseorang yang primitif yang sempit hidupnya. Tidak berpengetahuan, tidak menerima ilmu yang ada dari luar, kaku dan terkungkung dengan sesuatu yang mengikatnya.
Tamsil juga terdapat macamnya, contoh: tamsil Banjar. Tamsil Banjar adalah kata-kata kiasan yang bersajak dan berirama dalam bahasa banjar yang disusun sedemikian rupa dalam bentuk baris-baris puisi. Contoh Tamsil Banjar :
1.             Baundur supan, bamara takutan, bagana kada tahan
2.             Mambatat mangadalun, dijamur kada mau karing, dirandam kada mau bangai, dibanam kada mau hangit.[12]
Dalam menanamkan kesan dan pengaruh dakwah kepada orang lain, metode perumpamaan (tamsil) untuk mendekati apa yang dimaksud dapat dilakukan, bahkan metode ini akan secara langsung dapat tertanam dalam diri seseorang dan berimplikasi pada perubahan pola fikir, membentuk pola perubahan sikap dan tingkah laku dalam aktivitas kesehariannya walaupun hal itu tidak bersifat sekaligus, namun secara berangsur-angsur.
Allah SWT banyak menggunakan perumpamaan ini dalam Al Qur’an misalnya terdapat dalam Q.S. Al-A’raaf ayat 176 yang mengumpamakan manusia bagai hewan yakni anjing, jika ia berkecendrungan mengikuti hawa nafsunya.
Demikian halnya dengan ayat 179, manusia ditamsilkan sebagai binatang ternak, jika ia tidak dapat menggunakan hati, penglihatan dan pendengarannya dengan baik. Karena Allah telah menganugerahkan semua itu guna kebaikan manusia itu sendiri dan semua itu akan bermanfaat jika potensi terbesar yang ada dalam diri manusia yakni akal dimanfaatkan atau digunakan secara benar dan maksimal.
Q.S. Al Jumu’ah ayat 5 yang mengumpamakan manusia bagai seekor keledai yang membawa buku tebal jika (kaumYahudi) manusia tidak mau mengamalkan atau melaksanakan kitab suci yang diterimanya (Taurat).
Manusia ditamsilkan sebagai laba-laba dalam Q.S. Al Ankabut ayat
41 jika manusia mengambil perlindungan selain Allah SWT.
 Manusia diibaratkan sebagai kera dalam Q.S. Al Baqarah ayat 65 jika manusia melanggar larangan Allah SWT. Masih banyak lagi perumpamaan yang lain yang dijadikan Allah SWT untuk manusia semisal sebagai kera dan babi dalam Q.S. Al Maaidah ayat 60, sebagai nyamuk, sebagai buih dan perhiasan dalam Q.S. Arra’du ayat 17 dan banyak perumpamaan yang lainnya.[13]
Allah SWT membuat perumpamaan (tamsil) dalam Al Qur’an untuk manusia tentunya memilki maksud yang melatarbelakanginya dan berbagai hikmah perumpamaan yang terkandung di dalamnya.
Bahkan dalam sebuah hadits pun Nabi menggunakan tamsil atau perumpamaan. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW pernah menamsilkan Islam sebagai sebuah bangunan dengan para Nabi sebagai pekerjanya, mempercantik dan memperindah bangunan tersebut, namun demikian terdapat salah satu batu dalam bangunan tersebut yang belum terpasang, sehingga dengannya seluruh manusia mengelilingi dan mempertanyakan tentang batu yang belum terpasang tersebut, sehingga Rasulullah SAW menjawab “Akulah batu-bata itu dan Akulah penutup para Nabi.”
Dalam memahami pengertian yang terkandung dalam hadist Rasulullah SAW tersebut akan tampak terlihat jelas bahwa Islam yang disampaikan oleh para Nabi adalah sama. Bangunan Islam yang dibangun semenjak Nabi Adam As hingga Nabi Muhammad SAW ialah sama dan sempurnanya pembangunan bangunan Islam itu ialah ketika diutusnya Nabi terakhir yakni Rasulullah SAW.
Pada kesempatan lain  Rasulullah SAW juga pernah bersabda yang artinya “Islam dibangun di atas lima perkara, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan” (HR.Ahmad, Bukhari, Muslim, Nasa’I dan Tarmizi).
Hadist Nabi SWT tersebut di atas secara tegas menamsilkan atau memposisikan Islam sebagai sebuah bangunan. Dengan rukun Islam sebagai pondasinya. Rukun Islam ini merupakan bagian yang sangat inti dan di atas pondasi ini masih terdapat bagian-bagian lain yang mesti ditegakkan, seperti misalnya pernyataan sahabat Nabi SAW Ali bin Abi Thalib, bahwa Islam ialah penyerahan diri, penyerahan diri ialah keyakinan, keyakinan ialah pembenaran, pembenaran ialah ikrar, ikrar ialah pelaksanaan dan pelaksanaan ialah amal perbuatan.[14]
Maka demikian kita tentu tidak ingin menempati bangunan yang hanya berupa pondasi saja, dibutuhkan bagian lain atau penyempurnaan untuk menjadi sebuah rumah yang kokoh, aman untuk ditempati, nyaman untuk bernaung dan berteduh.


B.2 Contoh-contoh tasybih tamsil:
a.       Al-Mutanabbi berkata tentang Saifud-Daulah:
يهزالجيش حولك جانبيه        كمانفضت جناحيهاالعقاب
Pasukan disekelilingmu bergerak seirama di kanan-kirimu, sebagaimana burung rajawali yang menggerakkan kedua sayapnya.

Penjelasan: gambaran dua sayap pasukan, dan Saifud-Daulah berada di antara kedua sayap tentaranya yang bergerak berjalan seirama, digambarkan oleh Mutanabbi sebagai burung rajawali yang menggerakkan kedua sayapnya. Wajah syibehnya bukanlah mufrad, melainkan diambil dari beberapa hal, yakni adanya dua barang yang berada di kiri-kanan sesuatu yang bergerak dan bergelombang.

b.      As-Sariyyur-Rafa’ berkata:
وكان الهلال نون لجين         غرقت فى صحيفةزرقاء
Dan seakan-akan bulan sabit itu huruf nuun dari perak yang tenggelam dalam piring besar yang biru.

Penjelasan: As-Sari menyerupakan keadaan bulan sabit yang putih berkilau - yang berbentuk melengkung dan terletak dilangit biru – dengan keadaan huruf nuun yang terbuat dari perak dan disimpan di dalam piring besar yang biru wajah syibeh-nya adalah gambaran yang diambil dari beberapa hal, yakni adanya sesuatu yang putih berbentuk melengkung terletak di suatu tempat yang berwarna biru. Kedua tasybih ini dan tasybih-tasybih yang wajah syibeh-nya berupa gambaran yang terangkai dari beberapa hal, disebut sebagai tasybih tamsil.[15]

Secara sederhana, tasybih diartikan sebagai tasybih tamsil bilamana wajah syibehnya berupa gambaran yang dirangkai dari keadaan beberapa hal.
Untuk lebih memperjelas penjelasan kami, kami akan beri contoh tasybih tamsil beserta keterangannya.

Seorang penyair berkata:

وتراه فى ظلمالوغى فتخاله       قمرايكرعلى الرجال بكوكب

Dan kamu melihatnya dalam kegelapan perang, maka kau akan menduganya seperti bulan yang menyerang musuh-musuhnya dengan bintang.[16]







Contoh penyelesaian:

Musyabbah

Musyabbah bih
Wajah Syibeh
Macam tasybih dari wajah syibehnya
Gambaran orang yang dipuja sedang memegang pedang yang bersinar membelah kegelapan debu yang beterbangan dalam peperangan.

Gambaran bulan yang membelah kegelapan alam raya dan dikerumuni bintang-bintang yang gemerlapan.
Tampaknya sesuatu yang bersinar dan menerangi sesuatu yang berkelip-kelip di tengah kegelapan.
Tamsil

Untuk lebih memantapkan pemahaman kawan-kawan semua, kami akan menyuguhkan beberapa contoh tasybih tamsil yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an beserta beberapa penjelasan tentang rukun-rukun tasybih yang menyertainya.

C.    Analisa Ayat Al-Qur’an Berkaitan Dengan Tasybih Tamsil
                          
C.1  Surah Al-Hadid ayat 20

Pembagian –pembagiannya :
               


Musyabbah

..... 

Musyabbah bih



Adat tasybih


Wajah syabah

Kehidupan dunia ini :
v  Hanyalah sebuah permainan yang melalaikan
v  Sebagai suatu perhiasan dan hanya digunakan untuk bermegah-megah diantara kamu
v  Dijadikan alat kebanggaan (harta dan anak-anak)
“Seperti hujan yang datangnya itu mengagumkan para petani”. Tanaman yang tumbuh akibat hujan itu menakjubkan para petani. Sebagaimana takjubnya para petani seperti itulah takjubnya orang kafir apabila melihat dunia ini, mereka adalah makhluk yang paling rakus dan paling tertarik dengan kehidupan dunia.
“Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian hancur”. Maksudnya tanaman itu berubah menjadi kering sehingga engkau melihatnya kuning setelah sebelumnya berwarna hijau. Dan setelah itu semua perkara berubah menjadi lapuk. Yakni yang berubah menjadi kering dan hancur. Demikianlah kehidupan dunia berlangsung. Pertama muda belia, lalu menginjak dewasa dan kemudian menjadi lemah tak berdaya.[17]

C.2 Surah An-Nur ayat 35



“Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi” :
·         Allah memberi petunjuk kepada penduduk langit dan di bumi.
·         Yang mengatur urusan di langit dan di bumi, mengatur bintang-bintang dan matahari dan bulan.
Allah S.W.T menyamakan kemurnian hati seorang muslim dengan lentera dari kaca yang tipis dan mengkilat, menyamakan hidayah al-quran dan syariat yang dimintanya demgan minyak zaitun yang bagus lagi jernih, bercahaya dan tegak, tidak kotor dan tidak bengkok.
Misykah adalah tempat sumbu pada lampu, itulah makna yang paing masyhur[18].
Pembagian –pembagiannya :



Musyabbah


.....

Musyabbah bih

ك

Adat tasybih


Wajah syabah






BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

·         Tasybih merupakan salah satu pokok pembahasan dalam ilmu balaghah yang mana didalamnya dijelaskan bahwa suatu hal atau beberapa hal memiliki kesamaan sifat dengan sesuatu yang lain, sekalipun sesuatu itu berbeda sama sekali. Bukan hanya dalam shalat, puasa atau pelaksanaan ibadah haji, tasybih pun mempunyai rukun tersendiri yaitu musyabbah, musyabbah bih, adat tasybih dan wajah syibeh. Tasybih mempunyai banyak macam tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Dan tasybih tamsil adalah salah satu di dalamnya.

·         Tamsil secara etimologi berarti ibarat, perumpamaan dengan umpama. Dan tamsil adalah bagian dari tasybih yang mana arti dari tasybih tamsil adalah tasybih yang memiliki wajah syabah banyak.


·         Dari analisis kami, banyak ayat Al-Qur’an yang mengandung tasybih tamsil dan contoh ayat yang kami angkat tentu itu hanya sebagian kecil dari tasybih tamsil yang ada dalam Al-Quran. Dengan demikian, kita dapat menilai bahwa sesungguhnya Al-Quran benar-benar kaya dari segala sisi. Dan itu telah terbukti adanya.


KRITIK dan SARAN

Kami menyadari atas apa yang kami tulis dalam makalah ini masih sangat banyak kekurangan di sana-sini. Oleh karenanya, kami sangat berharap dari semua para peminat ilmu tanpa batas ini untuk terus memberi arahan serta masukan positifnya guna dapat memperbaiki makalah kami selanjutnya sehingga makalah yang ada ini menjadi patut dan layak untuk dikaji didepan diskusi kelas ini. Pun harapan besarnya adalah dapat menjadi salah satu bahan rujukan masyarakat yang bermanfaat.




DAFTAR PUSTAKA


Al-Ahdhori, Abdurrahman. 2009. Terjemah Jauharul Maknun. Surabaya. Mutiara Ilmu
Al-Hasyimi, Ahmad. 1382 H. Jawahirul balaghah. Teheran. Muassasah ash-shodiq lit thoba’ah wan nasyr
Al-Jarim, Ali, Musthafa Amin.2013. Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah. Bandung. Sinar Baru Algesindo
Al-Sheikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq. 1424 H. Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan). Jakarta. Pustaka Imam Asy-Syafi’i
Bayan, Allamah. 1133 H. Durus Fil Balaghah Arabiyah. Qum. Al Munadhomat Lil Hauzah
Daqiq, Muin. Durus Fil Balaghah. 1384 H. Qum. Mansurotuh Markaz  DI
Ganie, Tajuddin Noor. 2006 . Jatidiri Puisi Rakyat Etnis Banjar Berbentuk Peribahasa. Banjarmasin. Rumah Pustaka Folklor Banjar
Kamus Besar Bahasa Indonesia                                            
Mutiara Nahjul Balaghah : Wacana dan Surat-Surat Imam Ali R.A. 2001


                        


[1] Muin Daqiq, Durus Fil Balaghah, hal 221

[2] Allamah Bayan, Durus Fil Balaghah Arabiyah, (Qum: Al Munadhomat Lil Hauzah, 1133), hal. 36

[3] Ahmad Al-Hasyimi, Jawahirul balaghah,  (Teheran;1382), Muassasah ash-shodiq lit thoba’ah wan nasyr
[4]
[5] Muin Daqiq, Durus Fil Balaghah, hal.221


[6]
[7] Abdurrahman Al-Ahdhori Terjemah Jauharul Maknun (Ilmu balaghah) 2009. Mutiara ilmu hal.87
[8] Abdurrahman Al-ahdhori Terjemah Jauharul Maknun (Ilmu balaghah) 2009. Mutiara ilmu hal.89
[9] Abdurrahman Al-Ahdhori Terjemah Jauharul Maknun (Ilmu balaghah) 2009. Mutiara ilmu hal.94-96
[10] Abdurrahman Al-ahdhori Terjemah Jauharul Maknun (Ilmu balaghah) 2009. Mutiara ilmu hal.92
[11] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[12] Tajuddin Noor Ganie, Jatidiri Puisi Rakyat Etnis Banjar Berbentuk Peribahasa, 2006 Rumah Pustaka Folklor Banjar, Banjarmasin

[13] https://bersahabat2015.wordpress.com/2011/07/14/tamsil-nash-alquran/

[14] (Lihat Mutiara Nahjul Balaghah : Wacana dan Surat-Surat Imam Ali R.A. 2001)

[15] Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah, Sinar Baru Algensindo, 2013 hal.42-43
[16] Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah, Sinar Baru Algensindo, 2013 hal.44-45
[17] Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), jilid 8, halaman 60, pustaka Imam Asy-Syafi’i, Jakarta muharram 1426
[18] Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), jilid 6, halaman 54-55, pustaka Imam Asy-Syafi’i, Jakarta Dzulhijjah 1424 H

Komentar

Postingan Populer